Selasa, 18 September 2012

Sebening Air Mata Taubat



Anas bin Malik r.a. adalah khadim (pelayan) yang selalu mendampingi Nabi SAW, semenjak ia masih kanak-kanak. Ketika masyarakat Madinah berlomba-lomba memberikan hadiah terbaik bagi Nabi SAW, semasa beliau hijrah ke kota yang sebelumnya bernama Yatsrib itu, ibunda Anas, Ummu Sulaim membawa putra satu-satunya yang masih kecil, kehadapan sang junjungan alam. "Yaa Rasulullah, tak ada di kota ini, baik laki-laki maupun perempuan kecuali mereka memberimu hadiah terbaik. Saya sungguh tak mempunyai apapun yang bisa saya hadiahkan untukmu, kecuali anakku yang masih kecil ini. Bawalah ia agar bisa ber-khidmat padamu, wahai Nabiyullah..." ucap Ummu Sulaim dengan tulus, ikhlas, sembari mengantarkan sang anak kehadapan Nabi SAW.
Dengan penuh bahagia, dengan senyuman khasnya, sang junjungan alam meraih kepala Anas kecil, mengusap-usapnya dengan lembut, lantas memeluknya dengan hangat, bak seorang ayah terhadap anaknya. Semenjak itu, Anas bin Malik melayani dan mendampingi Nabi SAW dalam berbagai kesempatan." Sepuluh tahun lamanya saya berkhidmat kepada Rasulullah. Saya tidak pernah melihat beliau memukul khadim atau seorang wanitapun. Beliau juga tak pernah menegur apa yang saya kerjakan dan menanyakan apa yang tidak saya kerjakan."
Dalam masa-masa kebersamaannya dengan Nabi SAW itu, banyak sudah ia mendengar petuah dan nasehat sang junjungan alam, untuk berbagai perkara dan urusan. Pada masa-masa itulah, Anas mendengar sebuah hadits yang menjadi ilham  tentang  “ Kasih Sayang Allah Bagi Hamba-Nya Yang Taubat “  . Bahwasanya Anas bin Malik r.a. pernah mendengar Nabi SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah gembira menerima tobat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian tatkala menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir."
Dalam riwayat Imam Muslim, secara lebih lengkapnya dipaparkan bahwa Nabi SAW telah bersabda : " Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya, lebih dari kesenangan seseorang yang menunggangi untanya di tengah padang luas dan tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya hingga putuslah harapan untuk memperolehnya kembali. Kemudian, dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya, karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya kembali. Saat dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri dihadapannya. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu."  Dia salah mengucapkannya karena demikian gembira."
Sabda Nabi SAW yang dipaparkan oleh Anas menandaskan bahwa, orang-orang yang kembali, yaitu mereka yang telah berbuat dosa namun menyesali dan berniat untuk meninggalkan maksiatnya, adalah orang-orang yang teramat Allah sayangi. Diilustrasikan dalam hadits diatas, bagaimana perasaan gembira seseorang yang kehilangan sesuatu lalu mendapatkannya kembali itu, belum menandingi betapa cinta dan senangnya Allah saat menerima tobat hamba-Nya.
Betapa gembiranya Allah menyaksikan hamba-Nya yang bertobat, dan demikian pula betapa luasnya rahmat Allah, terhadap siapapun manusia yang terlanjur berbuat dosa. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, disampaikan bahwa Anas bin Malik-pun pernah mendengar firman Allah yang dikemukakan Nabi SAW, bahwasanya Allah pernah berfirman : "Wahai Bani Adam ! Apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepada-Ku, Ku ampuni segala dosa yang ada padamu tanpa bersisa. Wahai Bani Adam ! Sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Ku ampuni dosamu. Wahai Bani Adam ! Sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku dalam keadaan tidak mensekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku kurniakan ampunan setimbang dosa itu."
Melalui hadits qudsi yang diriwayatkan Anas, kaum mukminin mendapatkan sebuah motivasi, yang bisa mendorong diri untuk selalu berusaha kembali ke jalan-Nya, seberapapun jauh diri menyimpang dari syari`at agama.  Melalui kisah dan perumpamaannya, Nabi SAW berpesan kepada Anas, pada khususnya, dan kepada umat muslim pada umumnya, agar senantiasa mengingat rahmat dan ampunan Allah yang besar, yang sesungguhnya lebih dulu disegerakan ketimbang siksa-Nya. Sungguh ampunan Allah itu lebih besar ketimbang dosa yang terbesar, dan sungguh rahmat Allah itu mendahului segala cabang dari siksa-Nya. Hanya saja, sesuatu yang mutlak harus mengikuti tobat seorang hamba adalah : hendaknya ia membersihkan diri dari sifat syirik, kerena tanpa adanya kemusyrikan, dosa yang dianggap besar sesungguhnya akan menjadi kecil dan tiada artinya dihadapan Allah.  Diceritakan oleh  : Ust.Abu Rashif AE
kredit buat blog :Fajar shadiq

Tiada ulasan: